Minggu, 22 Mei 2011

berjalan di atas air
menyelami rerumputan
meniduri langit
menyudahi mimpi
membangunkan mata
...berteriak mengetuk kenyataan
dan kembali berlari
menguak cakrawala
berjalan di atas air hambar
menyelami rerumputan beton
meniduri langit di atas burung baja
menembus hujan atom
melawan badai nuklir
mencium dedaunan besi
tak ada yang berubah semuanya sama seperti sebelumnya. ironi..
HAMPA

sesaat sebelum malam datang
dan hujan baru saja menjatuhkan tetesan terakhirnya di bumi
mentari berselimut malu awan keemasan
yang perlahan tenggelam meninggalkan kebekuan

aku terus mencari jalan pulang
tempat hati dan pikiran bertaut
dimana jiwa dan perasaan
memiliki alasan untuk merasa tenang

perlahan ..
kulangkahkan kaki menjauhi matahari
menarik udara senja
hingga penuh rasa di dada

entah apa yang terpikirkan saat ini
karena jika aku adalah gelas
maka..
kudapati isinya adalah kehampaan
hari ini masih seperti kemarin..

amoral semakin sadis
sadar namun apatis
tidak ada yang hiperbolis
semuanya hanya ironis

dirimu adalah candu
seperti hilang semua tabu
walau argumentasi tak pernah bersatu
tapi aku tidak pernah jemu

semakin meredup hipokrasi
mengatup melawan asumsi-asumsi
imajinasi hanya menjadi sebuah improvisasi
blur khas seperti ilusi

harkat diri semakin terinjak
oleh paradigma yang menghentak
tak ada asa untuk berontak
kelu seperti getir yang belum terkuak

aksioma-aksioma yang menjadi beban
memenuhi lubang di sela-sela kehidupan
berharap ini hanyalah sebuah khayalan
kendati berada pada kenyataan